Menengok Lab Terbang Terbesar dari Eropa yang Misinya Selamatkan Warga Dunia
Di lansir dari coca-intl.org, Airborne Laboratory di operasikan oleh Facility for Airborne Atmospheric Measurements (FAAM) Inggris dan biasa berputar di langit seluruh dunia. Penelitiannya membantu memahami tantangan seperti polusi udara, perubahan iklim, dan cuaca ekstrem.
“Mengukur efek fisik dan kimia di atmosfer, menginformasikan model iklim dan pemahaman kita tentang bagaimana iklim akan berubah dari waktu ke waktu,” Alan Woolley, kepala FAAM.
“Kami mencoba untuk memahami bagaimana lingkungan bekerja melalui atmosfer sehingga kami dapat bertanggung jawab atas keputusan yang kami ambil,” imbuh dia.
Di kutip dari ledshoes.us.com/, FAAM merupakan bagian dari National Center for Atmospheric Science. Mereka mulai menggunakan laboratorium pesawat pada tahun 2005 dan sejak itu telah melakukan lebih dari 15.000 penerbangan, menempuh jarak 3,2 juta kilometer.
November lalu, Airborne Laboratory di berikan sumbangan sebesar 61 juta pound sterling oleh pemerintah Inggris. Dengan dana sebesar itu, mereka dapat melanjutkan penelitiannya selama 10 tahun lagi.
Membuat laboratorium di angkasa
Pesawat Airborne Laboratory tidak dapat langsung di gunakan sebagai lab. Dulunya, armada ini adalah pesawat yang di gunakaan untuk mengangkut penumpang komersial BAe 146, model yang banyak di gunakan oleh maskapai termasuk easyJet.
Jenis pesawat itu masih di gunakan hingga hari ini oleh operator regional. Sistem BAe di modifikasi untuk memenuhi kebutuhan FAAM.
Selama penerbangan penelitian, pesawat dapat membawa hingga 18 ilmuwan. Airborne Laboratory dapat mencapai ketinggian hingga 35.000 kaki. Dan dapat terbang serendah 15 meter di atas lautan untuk lebih memahami interaksi kompleks antara atmosfer dan laut.
Karena butuh keahlian khusus untuk pekerjaan itu, pesawat ini sering di terbangkan oleh mantan pilot Royal Air Force.
Untuk mengurangi risiko saat terbang rendah, pesawat memiliki struktur high-wing yang menambah stabilitas. Pesawat ini memiliki tangki bahan bakar untuk penerbangan jarak jauh. Dan juga kemampuan lepas landas juga mendarat di runway pendek di bandara terpencil.
Airborne Laboratory juga telah di lengkapi dengan sekitar empat ton peralatan demi mendukung penelitian yang mutakhir.
Partikel awan, asap, kabut, debu vulkanik, dan polutan di tangkap dengan probe pengambilan sampel yang menggantung di sayap. Hasil tangkapan ini kemudian di bawa ke dalam pesawat untuk dianalisis.
Partikel yang sulit di ukur, seperti debu gurun atau aerosol garam laut. Nantinya akan di analisis dengan instrumen di luar pesawat saat sedang terbang.